0

Sing VS Passport

Mulanya, seorang teman mengirim pesan singkat via BBM. Ia mengajak saya untuk berlibur ke negara tetangga. Tanpa ba bi bu lagi, saya langsung izin ke suami dan mengurus cuti. Padahal, tiket saja belum ditangan! HeHeHe.

Saat teman saya mau booking, tiba-tiba saya teringat paspor! Saya mengingat-ingat, kapan masa berlaku paspor saya. Seingat saya, sepulang dari Frankfurt 2010, saya harus segera mengurusnya di awal tahun 2011. Ternyata, paspor saya habis berlaku 14 September 2011. Itu berarti kalau saya pergi bulan April, paspor saya sudah tidak bisa digunakan lagi. Memang sih, katanya paspor harus diganti minimal 6 bulan sebelum keberangkatan ke luar negeri. Walaupun, hanya ke negara tetangga yang katanya bisa, tapi saya nggak mau ambil resiko. Iya, kalau ketemu petugas imigrasi yang baik, nah kalau ketemu petugas imigrasi yang ‘gimana-gimana’? Yah, lebih baik buat penggantian paspor saja deh.

Beberapa teman saya menawarkan jasa biro pengurusan paspor. Harga untuk si biro jasa ini cukup mahal juga, untuk 1 pasport biayanya bisa mencapai 800 ribu. Gila! Padahal, kalau mengurus sendiri biaya cukup murah, hanya 255 ribu saja. Berhubung paspor saya sebelumnya juga hasil dari tugas pak calo, kali ini saya ingin mengurus paspor sendiri. 5 tahun yang lalu, ibu saya menghabiskan 1 juta untuk pengurusan paspor ekspres untuk saya pergi umroh. Tapi kali ini, saya mau coba sendiri.

Sebelum ke kantor Imigrasi, saya persiapkan dulu, data-data yang dibutuhkan, seperti di bawah ini:

–          Foto kopi KTP di A4 (tidak digunting!)

–          Fotokopi Ijazah

–          Fotokopi Kartu Keluarga

–          Fotokopi Surat Nikah

–          Fotokopi Paspor lama

–          Surat Keterangan Bekerja

Nah, setelah semuanya beres, saya coba apply melalui internet. Klik aja www.imigrasi.go.id dan ikuti petunjuknya! Setelah selesai daftar, saya mendapat bukti permohonan yang ada barcodenya. Bukti itu saya lampirkan juga ketika memberikan permohonan. Saya juga tetap membawa dokumen asli untuk diperlihatkan ke pak petugas.

Besoknya, saya pergi ke Kantor Imigrasi Jakarta Selatan yang ada di kantor sementaranya di Cilandak. Saya tiba di sana kira-kira jam 8 pagi! Suasana sudah ramai, parkiran mobil juga sudah penuh. Jadi saya parkir di restoran Sakura yang letaknya sesudah Kantor Imigrasi. Sebelum mengambil nomer antrian, saya membeli map permohonan di koperasi seharga 5ribu. Kemudian, saya mengambil nomer antrian dan saya ada di antrian 268. Haaaa, panjang amat ya!!

Saya mencari duduk dan menunggu dengan sabar. Sabar menanti panggilan! Hingga akhirnya, saya dipanggil kira-kira jam 11.30! Begitu dipanggil, saya langsung menuju loket dan memberikan berkas paspor dan memberitahukan bahwa saya sudah daftar online. Petugas langsung mengecek kelengkapan dokumen fotokopi dan dokumen asli. Setelah itu, saya langsung ke loket ambil nama, dan diperbolehkan foto setelah jam makan siang.

Setelah, selesai makan siang, saya langsung berdiri manis di depan loket yang tadi untuk mengambil bukti untuk pembayaran lalu foto. Saya pun langsung bayar di kasir. Saat mengurus paspor sendiri kayak saya begini, saya harus bersaing dengan bapak-bapak biro jasa, ketimbang orang yang mengurusnya sendiri. Saya langsung membayar 255 ribu untuk 1 paspor. Setelah itu, saya naik ke lantai 2 untuk mengambil antrian foto.

Antrian foto juga panjang sekali. Saya mendapat nomer antrian 141.Saya harus menunggu 76 orang lagi! Berbagai gaya, dari mulai nonton tv, baca buku, sampai nunggu di mobil pun sudah saya lakukan, tapi giliran saya belum juga dipanggil. Beda sekali dengan 5 tahun yang lalu, untuk pengambilan foto tidak sepenuh saat sekarang ini! Akhirnya saya dipanggil pukul 5 lebih, di saat orang-orang sudah pulang. Memang kantor Imigrasi buka sampai jam 4. Tapi untuk nomer antrian, kantor ini masih terus melayani hingga nomer antrian terakhir. Baguslah!

Tibalah, giliran saya. Saya di foto lalu diinterview oleh pak petugas yang masih muda :D. Beberapa pertanyaan standar ditanyakan. Mulai dari, mau ke mana, rumah tinggal di mana, kantor di mana, dan lain-lain. Akhirnya proses penggantian paspor berakhir. Pak petugas juga menyampaikan untuk mengecek status paspor saya cukup sms atau cek melalui internet.

Walaupun, sudah mengurus paspor, tapi pergi ke negara tetangga dengan teman saya sepertinya ditunda! Mungkin di lain waktu, yang tidak mepet, kami bisa pergi!

0

kisah nyata cinderella

Tepatnya kemarin sore, saya dibuat panik oleh sepatu idaman ini. Ceritanya begini, sepulang kantor, saya mau fitness + berenang di Crown Plaza. Tapi, sebelumnya ke TKP, saya mampir dulu ke Plaza Semanggi, mau cari kacamata renang. Setelah membeli kacamata renang dan makanan (tentunyaa!), saya langsung berjalan cepat ke parkiran di P6A. Saya naik ke mobil, menstarter, menyiapkan uang parkir, memakai seat belt, dan menutup pintu mobil.

Sesampainya di parkiran Crown Plaza, saya mencari-cari flat shoes berwarna hitam yang tadi saya pakai ketika ke Plaza Semanggi. Oooo ow! Tidak ada! Saya terus mencarinya di kolong mobil, di dekat pedal gas, di belakang jok kursi. Tetap tidak ada! Saya lemas!

Ada banyak hal yang saya sukai dari flat shoes berwarna hitam itu. Bukan karena merk terkenalnya, tapi kisah ketika saya membeli sepatu itu! Saya membelinya, untuk menggantikan sepatu yang saya bawa dari Jakarta ketika Bologna Book Fair. Hargaya pun juga tidak terlalu mahal waktu itu. Lagi-lagi karena diskon, hehehe.

Oleh karena itu, ketika sepatu saya hilang cuma sebelah, saya panik! Saya langsung mencari ke gerbang parkir Crown Plaza, saya pikir sebelah sepatu saya jatuh ketika pemeriksaan pak satpam. Ternyata, tidak! Langsung saja saya menelpon papah Ophan untuk cerita tentang sepatu saya yang hilang sebelah. itu.

Memang saat itu, saya akan fitnes bareng sama papah Ophan. Jadi, setelah papah Ophan keluar kantor, menyempatkan dulu mampir ke parkiran Plaza Semanggi, dan mencoba mencari sepatu saya yang hilang sebelah itu. Setelah dicari dan ditanyakan ke pak satpam yang bertugas, sepatu saya yang cuma sebelah itu ketemu!  Hore!

Setelah kejadian itu, saya jadi berpikir, memang nggak salah, kalau papah Ophan memanggil saya cinderella sejak masih pacaran.

0

Another Movie Tie In

Kung Fu Panda

Beberapa minggu terakhir, kami kedatangan “tamu kehormatan”. Si “Po” Dragon Warrior dari film Kung Fu Panda. Sosoknya yang lucu, memang membuat kami tertawa. Tapi adakalanya jadi serius juga mikirin si “Po” dan teman-temannya itu. Bahkan, berkali-kali saya juga harus menonton Kung Fu Panda 1 supaya saat mengedit bukunya tahu benar jalan ceritanya.

Ada kesamaan antara saya dengan si Po ini. “I’m eat when I’m upset!” huehehehehe. Bener banget nih. Sejak 1 tahun terakhir, setiap kesal dengan beberapa tugas, saya jadi suka makan! Alhasil perut saya bulat seperti Po.

Anyway, mengerjakan buku-buku movie tie in begini, sebenarnya antara menyenangkan dan cukup merepotkan juga sih. Menyenangkannya ya, lucu aja kalau melihat tokoh-tokohnya. Merepotkannya kalo harus approval ke pemegang lisensinya.

Tapi, dibalik semua prosesnya, saya senang mengerjakan si Po ini. Setiap kali melihatnya, rasanya pengen meluk si Po. Jadi nggak sabar menunggu, buku-buku ini terbit!