Perempuan mana yang tidak senang menyandang gelar Ibu. Menjadi ibu juga bukan perkara yang mudah. Apalagi menjadi ibu dari 2 anak, 3 anak, dan seterusnya. Jadi ingat Mamah dan Bapak saya yang berasal dari keluarga yang banyak anak. Saya juga nggak habis pikir, bagaimana Mamah saya mengasuh saya dan ke-2 kakak saya. Begitu juga dengan Ibu mertua yang mengasuh ke-4 anaknya termasuk suami saya.
Buat saya menjadi ibu bekerja yang beranak 2 itu susaaaaaah. Saya dituntut harus menjadi ibu yang serba bisa dan memikirkan strategi buat anak-anak (kayak mau perang aja). Itu semua kadang-kadang bisa bikin kepala mau pecah.
Setelah saya kembali masuk ke kantor setelah cuti 3 bulan, saya harus bekerja sama dengan suami saat pagi hari. Sebelum ke kantor, saya harus memandikan dan menyusui Argia terlebih dahulu. Sedangkan suami saya memandikan Aurinko, hingga mengantarnya sekolah yang kebetulan masih di dalam komplek perumahan kami. Jam kantor saya pun jadi berubah sejak ada Argia. (baca: sering telat) Ada kalanya, Aurinko tantrum. Yang kadang pengen mandi sama Mamah-lah, atau pakai baju sama Mamah, dan lain sebagainya. Tapi untungnya, tidak pernah sekali pun Aurinko menolak berangkat ke sekolah. School is always fun buat Aurinko.
Dulu, waktu Argia belum lahir, saya berpikir bagaimana caranya harus ngelonin 2 anak sekaligus. Jangan harapkan suami pulang cepet deh, yah kalau pulang cepet anggap aja itu bonus saya di hari itu J. Anyway, pas awal-awal Argia lahir, saya sempat stres ngelonin 2 anak ini. Yang kecil pengen nenen, yang besar pengen ngedot, nanti tiba-tiba yang besar pingin pipis lagi, dan belum lagi yang besar kadang suka cari perhatian. Tapi dibalik semua itu memang ada pelajaran terbaru yang bisa diambil. Contohnya saja, Aurinko sudah bisa pakai baju piyamanya dan mengancingkan bajunya. Waktu awal-awal saya selalu senewen setiap kali menggantikan baju Aurinko karena pasti dia mengulur-ngulur waktu agar selalu bisa sama Mamahnya. Tapi kan ya nggak bisa ninggalin Argia terlalu lama, pasti dia udah rewel minta nenen juga. Akhirnya, saya mengharuskan Aurinko untuk memakai bajunya sendiri. Sekarang juga Aurinko bisa pipis ke kamar mandi dan memakai celananya sendiri. Setelah ngelonin 2 anak ini, sudah bisa dipastikan mamahnya ikutan bobo juga.
Kenapa memilih masih bekerja? Setelah Argia lahir, sempat kepikiran pengen resign. Tapi setelah saya masuk kantor lagi, kegalauan resign punah sudah. Buat saya, bekerja kantoran bisa menyeimbangkan pikiran (baca: mengurangi kecerewetan di rumah) Lagipula jarak rumah dan kantor masih bisa ditempuh dalam waktu 40-45 menit. Ditambah jugaaaaa, punya kantor yang gampang izin urusan keluarga, belum lagi punya kerjaan yang nggak beda jauh sama anak-anak yaitu bikin buku anak, eh ditambah lagi, big boss saya sedang off tahun ini, jadi tidak terlalu sibuk urusan kantor. Yah kadang juga saya menggangap bekerja itu “me time”.
Ilust dari http://snd.landmarkgroup.com/product-management-to-motherhood-and-back/